
“Untukmu, yang Pernah Menjadi Bagian Hariku”
Aku masih ingat, dulu saat pertama kau datang —
dengan senyum malu, tapi semangat yang terang.
Kita belajar bersama, tertawa di sela kerja,
menyusun cerita kecil di antara tumpukan tugas dan waktu yang berlari.
Kau tumbuh di hadapanku, bukan sekadar rekan,
tapi seperti anak yang kubimbing, kusayangi diam-diam.
Setiap keberhasilanmu membuatku bangga,
setiap lelahmu membuatku ingin menenangkanmu dengan doa.
Kini waktumu tiba untuk melangkah lebih jauh.
Aku tahu, tak ada pertemuan yang abadi,
tapi kasih sayang tak butuh jarak untuk tetap hidup.
Pergilah dengan kepala tegak dan hati tenang,
bawalah setiap nasihat kecil yang pernah kuselipkan di antara candaan.
Dan bila suatu hari nanti dunia terasa berat,
ingatlah — ada seseorang di sini,
yang pernah menyebutmu “anak” dengan penuh rasa bangga.
By HS
Sering dianggap sombong sebelum benar-benar mengenal, padahal saya pribadi yang tenang dan reflektif. Saya pernah menulis mini novel berjudul Bingkisan Kalbu sebagai wujud ekspresi hati dan pandangan...