Antara Sahabat dan Teman
Dalam perjalanan hidup, kita akan bertemu banyak orang. Sebagian hanya singgah sebentar, sebagian lagi memilih tinggal lebih lama. Ada yang hadir sebagai teman, dan ada yang tumbuh menjadi sahabat.
Teman adalah mereka yang hadir di saat hari-hari terasa ringan. Bersama mereka, kita tertawa, berbagi cerita, dan menikmati kebersamaan tanpa banyak beban. Mereka mungkin mengenal siapa diri kita di permukaan—mengetahui hal-hal yang terlihat, tapi belum tentu memahami yang tersembunyi.
Sahabat berbeda. Ia hadir bukan hanya karena kesamaan minat atau kebetulan bertemu di satu tempat. Ia tinggal karena rasa percaya, karena ketulusan yang tak menuntut balas. Sahabat adalah tempat pulang ketika dunia terasa asing, tempat berlabuh ketika ombak kehidupan terlalu keras mengguncang.
Teman bisa datang dan pergi seiring waktu, tapi sahabat meninggalkan jejak yang tak mudah hilang. Ia mengingatkan saat kita lupa, menegur dengan kasih saat kita salah, dan tetap menggenggam tangan saat dunia terasa runtuh.
Mungkin jumlah sahabat tak banyak, tapi satu sahabat sejati lebih berharga daripada seratus teman yang hanya hadir di saat senang. Karena dalam diam dan sederhana, sahabat adalah anugerah—yang membuat perjalanan hidup terasa lebih hangat dan bermakna.

Sering dianggap sombong sebelum benar-benar mengenal, padahal saya pribadi yang tenang dan reflektif. Saya pernah menulis mini novel berjudul Bingkisan Kalbu sebagai wujud ekspresi hati dan pandangan...