Kamis, 23 Januari 2025
Selamat Datang di Website Resmi MAN 1 Padang Panjang

Jurnal Pendidikan

23 Nov 2024 Adrul Nafis, S.Pd 0 Komentar 24 Dilihat

Pendidikan dan Kebudayaan: Sebuah mata rantai yang terlupakan

Pembelajaran yang menitik beratkan pengetahuan anak kepada lingkungan sekitarnya telah menjadi suatu tata cara dalam dunia pendidikan yang telah lama kita kenal. Dari kecil hingga dewasa, peran orang tua, keluarga, dan masyarakat menjadi pihak yang berkerja dalam menstimulus anak dengan nilai-nilai kehidupan yang baik, tumbuh dan berkembang dari dalam masyarakat itu sendiri. Namun, kondisi ini lambat laun mulai terpinggirkan oleh semangat pendidikan yang datang dari luar. Pendidikan mulai mengarahkan anak untuk mencapai target-target pendidikan yang dapat diukur dengan angka. Modernisasi pendidikan yang ditawarkan oleh “barat” belum mampu dipadukan dengan mengembangkan sebuah konsep pendidikan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kebudayaan.

Di tengah pandemi Covid 19 ini, menjadi kesempatan yang baik untuk merenungi kembali sebuah konsep lama di dalam alam pendidikan Indonesia. Pandemi telah mengakibatkan proses pembelajaran harus dilangsungkan melalui perantaraan dunia maya. Beragam persoalanpun kemudian bermunculan.  Mulai dari tingkat ketercapaian, penguasaan materi hingga cara dalam mengelola proses pembelajaran supaya jauh dari kemonotonan menjadi topik utama pembahasan. Selain itu, keseharian anak didik bersama dengan perangkat selularnya semakin menambah persoalan di tengah keterasingan mereka dengan lingkungan sosialnya.

Banyak cara dapat dilakukan dalam memperbaiki keadaan di tengah kondisi yang sulit ini. Salah satunya adalah mengembangkan mekanisme pembelajaran interaktif dengan melibatkan peran dari orang tua dan masyarakat. Dengan melibatkan peran orang tua dan masyarakat, proses pembelajaran dapat dikemas dengan suasana yang lebih menarik selain tentunya sebagai sarana penguatan pendidikan karakter dalam menumbuhkan sikap spiritual, sosial dan nilai-nilai kebangsaan dalam jiwa anak didik. Anak didik dapat berperan sebagai pewaris kapital kebudayaan yang telah dibangun oleh umat manusia. Oleh sebab itu, menurut John Dewey dalam bukunya yang berjudul My Pedagogic Cread, pendidikan hendaklah “mencecoki”  anak didik dengan ilmu pengetahuan yang berbasiskan realita sosial dan kebudayaan setempat.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat memainkan peran dengan mendesain sebuah pembelajaran yang memungkinkan terciptanya interaksi antara anak didik dengan kondisi dan situasi sosial tempatnya berada. Materi dari tiap-tiap mata pelajaran bisa dikembangkan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran sejarah dengan tema Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, guru dapat menjadikan lingkungan anak sebagai media belajar tambahan. Komunikasi anak didik dengan ibu-bapaknya, para veteran serta benda-benda peninggalan sejarah yang ada di lingkungan tempat tinggalnya dapat menjadi guru bantu bagi anak didik dalam menumbuhkan pemahaman, sekaligus penghargaan terhadap materi dan sumber-sumber belajarnya tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan dapat berjalan seiring antara kemajuan dan sarana transmisi kebudayaan.

Diharapkan dengan menguatkan kembali konsepsi antara pendidikan dan kebudayaan, membawa berkah tersendiri bagi dunia pendidikan tanah air di tengah Pandemi Covid 19 ini. Harapan semua orang melihat generasi muda penerus bangsa dapat tumbuh menjadi generasi tangguh dan berbudaya bisa terwujud dalam waktu dekat. Generasi muda dengan jiwa ke-Indonesiaan yang kuat di tengah hiruk pikuk perkembangan zaman.

BY: Adrul Nafis, S.Pd

Suka membaca dan belajar Sejarah, Filsafat, dan Agama

Tambahkan Komentar.