Senin, 11 Agustus 2025
Selamat Datang di Website Resmi MAN 1 Padang Panjang

“Saya Anak Sawah, Tapi Saya Tidak Pernah Menyerah "

09 Aug 2025 Hendra Febriadi 0 Komentar 21 Dilihat


“Saya Anak Sawah, Tapi Saya Tidak Pernah Menyerah "

Autobiografi Reflektif Dr. Lainah, S.Ag., M.Pd.I – Kepala MAN 1 Kota Padang Panjang


Saya lahir pada 14 Februari 1977, di sebuah desa kecil yang tenang di pinggir Danau Maninjau, bernama Sungai Batang. Tempat itu indah, tapi hidup saya saat itu jauh dari kata mudah. Kami bukan keluarga terpelajar. Ibu saya hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SD, dan ayah saya lulusan SMP. Tapi mereka orang jujur, pekerja keras, dan tak pernah lelah mendoakan anak-anaknya.


Saya adalah anak sawah. Setiap pagi sebelum matahari tinggi, saya dan saudara-saudara saya sudah berjalan ke sawah. Kami bantu orang tua semampu kami. Setelah itu, barulah kami berangkat ke sekolah dengan kaki yang masih basah berlumpur. Pulang sekolah? Kami kembali ke sawah. Hidup terasa seperti putaran tanpa akhir antara belajar dan bekerja. Tapi di dalam kelelahan itu, saya menemukan nyala kecil: harapan. Harapan bahwa saya bisa keluar dari lingkaran ini. Bukan untuk meninggalkan kampung halaman, tapi untuk kembali membawakan cahaya.


Saya masih ingat bagaimana jauhnya saya berjalan kaki menuju sekolah. SD Labuh, sekitar lima kilometer dari rumah. Lalu ke MTs Muhammadiyah Sungai Batang, hampir 10 kilometer. Setiap langkah kaki saya waktu itu disertai satu kalimat dalam hati: "Saya ingin mengubah nasib."


Saya melanjutkan pendidikan ke Kulliyatul Muballighin di Padang Panjang. Di sinilah saya merasa benar-benar diuji. Keluarga saya tidak punya cukup uang untuk membiayai kuliah. Tapi Allah tidak tidur. Datanglah sosok yang sangat berarti dalam hidup saya, Buya Abizar Lubis (alm.), yang memberi saya kesempatan menjadi mahasiswa kader Muhammadiyah. Beliau bahkan mengizinkan saya ikut berceramah dengannya. Kadang saya hanya duduk mendampingi, kadang diberi tugas menggantikan beliau bicara. Dari situ saya belajar arti keberanian dan ketulusan dalam mengabdi.


Saya aktif di IPM, IMM, dan organisasi remaja lainnya. Setiap organisasi itu seperti madrasah yang membentuk mental saya. Di balik suara yang dulu kecil dan tak percaya diri, saya belajar berdiri, bicara, memimpin, dan melayani.


Tak semua orang percaya saya akan menjadi apa-apa. Banyak yang hanya melihat latar belakang keluarga saya. Tapi saya punya semangat “balas dendam secara elegan”. Saya tidak ingin marah, saya tidak ingin membalas caci dengan caci. Saya ingin membalas semua keraguan dengan karya. Bukan demi dipuji, tapi demi membuktikan pada diri saya sendiri, bahwa saya bisa.


Alhamdulillah, saya menyelesaikan pendidikan hingga meraih gelar doktor. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa melewati semuanya. Yang saya tahu, saya terus berjalan meski sering goyah. Saya terus belajar meski sering lelah. Saya terus bangkit meski pernah merasa hancur.


Saya dipercaya menjadi Kepala MAN 1 Kota Padang Panjang. Saya pernah diundang ke Istana Negara. Saya mengikuti sidang di DPR RI. Saya terbang ke berbagai daerah di Indonesia. Bukan karena saya hebat. Tapi karena saya terus mencoba menjadi berguna.


Saya menulis. Saya membina. Saya terlibat dalam kegiatan sosial dan dakwah. Tapi jauh di dalam hati saya, saya tetap anak sawah yang dulu berjalan kaki menembus lumpur untuk sekolah. Tidak ada yang istimewa dari saya. Saya hanya tidak menyerah.


Kepada generasi muda, saya ingin berkata:


Jangan takut miskin. Takutlah jika kau berhenti berjuang.


Jangan takut gagal. Takutlah jika kau berhenti mencoba.


Dan jangan takut keluar dari zona nyaman. Sukses itu milik orang-orang yang berani melompat, meski harus luka, jatuh, dan berdarah-darah.


Hidup ini bukan perlombaan menjadi yang paling cepat, tapi perjalanan menjadi yang paling bertahan. Maka bertahanlah. Lelah boleh. Menangis pun tak apa. Tapi jangan berhenti. Karena setiap tantangan adalah undangan untuk naik level.


Saya tidak ingin menjadi beban di masa tua. Maka saya bekerja keras di masa muda. Dan saya ingin semua anak muda hari ini mengambil pelajaran dari cerita ini:


Bahwa anak kampung pun bisa, anak petani pun mampu, asal ia tidak berhenti melangkah.


Semoga kisah ini bisa menjadi pelita kecil bagi siapa pun yang sedang merasa gelap. Ingatlah, tidak ada malam yang abadi. Dan tidak ada usaha yang sia-sia di bawah langit Allah.


Teruslah belajar. Teruslah melangkah. Dan ketika kamu merasa sendiri, ingatlah: saya pun pernah di titik itu.


Dan saya memilih untuk tidak menyerah.


---


Ditulis dengan cinta,


oleh seorang anak sawah,


Dr. Lainah, S.Ag., M.Pd.I


Kepala MAN 1 Kota Padang Panjang


Tokoh Pendidikan Sumatera Barat


---

Berita Terkait.

Tambahkan Komentar.